Beranda Headline Kronologis Pengeroyokan Versi Korban

Kronologis Pengeroyokan Versi Korban

BERBAGI
(Ist.)

Farah Aulia Putri | DETaK

Darussalam – Nasib sial dialami Arif Mulyandi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Ia menjadi korban pengeroyokan oleh beberapa mahasiswa dari Fakultas Teknik pada Rabu sore, 3 Januari 2017 di lantai tiga FKIP Unsyiah.

Ia dikeroyok oleh sekitar 15 mahasiswa fakultas Teknik karena diduga terlibat membantu salah satu rekannya yang disekap oleh para pengeroyok pada saat Pemilihan Raya (Pemira) beberapa waktu lalu.

Iklan Souvenir DETaK

Arif memulai bahwa permasalahan berawal dari kejadian penyekapan Mariyono, salah satu anggota himpunan yang dipimpimnya. Saat itu, Mariyono dalam kondisi tersekap oleh anggota KPR di dalam suatu ruangan terkait permasalahan tes wawancara presma Pemira 2017 lalu, sehingga ia mendobrak pintu ruangan untuk menolong Mariyono.

“Saya selaku ketua himpunan membantu bahkan mencoba menarik dia keluar supaya tidak disekap lagi soalnya diancamkan. Mungkin dari situ mereka nggak terima,” telik Arif

Arif menceritakan, kronologi pengeroyokan itu berawal saat ia sedang mengikuti rapat Pressure VI Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) yang berlangsung di Laboratorium Fisika FKIP bersama anggota lain yang secara keseluruhan merupakan perempuan, lalu ia mendapat telepon dari seseorang yang mengaku dari Himpunan Gayo.

“Saya ditelepon oleh oknum yang mengaku bahwa dia dari himpunan Gayo. Namanya sayapun tidak jelas, karena dia gugup waktu bicara. Kemudian ketika saya keluar, datanglah satu orang rupanya ketua KPR,” jelas Arif.

Menurut keterangan Arif, saat kejadian pengeroyokan kemarin terjadi, ada beberapa satpam yang sempat melerai perkelahian. Meskipun telah dilerai, Arif mengaku mendapatkan tindakan yang hampir mnghilangkan kesadarannya jika tidak ditolong oleh pihak laboran.

“Saya turun didorong-dorong sambil dipukul dari belakang jatuh tersungkur. Sempat saya membela sedikit, saya ambil temannya untuk tutup biar tidak kena kepala saya. Depan Alhamdulillah tidak, tapi belakang, bahu mungkin ditendang. Saya waktu itu 50% sadarnya, Alhamdulillah masih sehat. Misal saya tidak ditolong mungkin sudah terkapar disitu karena waktu itu udah tumbang, saya ada yang tolong dari pihak lab (laboran) lalu ada 3 satpam begitu,” katanya.

Sejauh ini, Kejadian tersebut masih terus diusut keberlanjutannya, bahkan korban mengaku sudah melapor ke pihak dekan.

“Mungkin kita lihat nanti kondisinya bagaimana pihak dekan kami nanti mungkin perjuangkan karena ya anak sendiri masa dipukul gitu. Untuk saya pengennya terbaik apakah nanti damai, damai orang Aceh mungkin potong kambing segala macam, ya kaya gitulah,” gurau Arif.

Hingga berita ini ditayangkan, Mariyono selaku pihak yang mengalami aksi pendekapan dan pihak pelaku pengeroyokan masih enggan untuk mengklarifikasi informasi lanjutan [*]

Editor: Maisyarah Rita