Beranda Headline Haruskah Biaya Semester Pendek Naik?

Haruskah Biaya Semester Pendek Naik?

BERBAGI

DETaK | Darussalam – Tak hanya harga minyak tanah yang melambung tinggi, kini di Universitas Syiah Kuala biaya SP (semester pendek) pun ikut naik. Resah dari mahasiswa pun mengguncang karena harus membayar lebih. Mahasiswa yang ingin cepat siap pun hanya menghelakan nafas panjang.

Semester pendek atau sering disingkat dengan SP merupakan agenda akhir semester genap setiap tahunnya. SP bukanlah suatu kewajiban bagi mahsiswa tapi diperuntukkan bagi mahasiswa yang ingin mengulang atau mengambil program kedepannya dengan alasan agar cepat selesai kuliah. Mengenai kenaikan harga SP per sks ( kepanjangan sks? ) membuat sebagian mahasiswa resah. Kini untuk satu sks dihargai dengan Rp.75.000. Kekesalan tersebut juga diutarakan oleh Husnul seorang mahasiswa FISIP Unsyiah, ia menyebutkan bahwa sangat berat apabila ada satu mata kuliah yang bejumlah tiga sks maka untuk satu mata kuliah saja harus membayar Rp.225.000. “Bayar SP saja hampir untuk bayar satu semester, kalau memang dinaikkan jangan berlebihan.”Gerutu gadis angkatan 2007 tersebut.

Sama halnya dengan Multhaza, seorang mahasiswa FKIP Geografi Unsyiah ini mengaku bahwa dengan beban SP yang terlalu mahal, kebanyakan mahasiswa yang ingin mengambil SP tidak jadi mengambilnya tahun ini atau yang hendak mengambil sks banyak terpaksa dikurangi karena biaya terlampau mahal. Lelaki alumni SMAN 1 Sigli ini juga menambahkan bahwa tingkat mahasiswa di Unsyiah ini sebagian besar bukanlah berasal dari ekonomi yang tingg, kebanyakan juga memiliki latar belakang ekonomi yang lemah. “Mungkin biaya SP juga bisa dikaji ulang.” Ungkapnya kepada DETaK.

Iklan Souvenir DETaK

Namun tidaklah sama halnya seperti yang diungkapkan Muhammad Idham, dosen FKIP Unsyiah ini menyebutkan bahwa kenaikan harga SP tahun ini masih wajar, tidak terlalu signifikan dan masih bisa dijangkau. Kenaikan harga SP itu sendiri hanya dirasakan oleh mahasiswa yang menempuh jalur reguler karena pada tahun yang lalu untuk mahsiswa regular per sksnya Rp.60.000 sedangkan nonreguler Rp.75.000 akantetapi tahun ini disamaratakan. ”Mahasiswa Unsyiah ada program reguler dan nonreguler jadi yang reguler lebih rendah lima belas ribu tapi sekarang disamakan, tidak ada mahasiswa yang beranggapan bahwa yang ekstensi lebih mahal sedangkan yang reguler lebih murah karena sekarang perlakuan sama.” ungkap lelaki yang berasal dari Padang Tiji, Aceh Pidie tersebut. “kalau bagi mahasiswa nonreguler tidak berubah sama seperti dulu cuma mahasiswa yang reguler berubah. ”Lanjutnya.

Disamping itu beliau juga menegaskan bahwa kenaikan harga SP bukan dari dosen melainkan atas kebijakan yang dilakukan oleh pihak rektorat. “Agenda dari Pembantu Rektor 1 (PR 1) ditujukan kepada tiap-tiap fakultas, kemudian fakultas membuat rapat dan meminta kesediaan dosen yang sempat untuk mengajar mata-mata kuliah yang bersedia diajarkan disamping juga ada yang berdasarkan permintaan mahasiswa.”jelas lelaki yang menyelesaikan S2 nya di Malaysia tersebut.

Sementara itu, Samsul Rizal selaku Pembantu Rektor 1 juga menjelaskan bahwa tahun ini biaya SP disamaratakan per sks nya baik untuk reguler maupun nonreguler disebabkan kebutuhan meningkat. Beliau menambahkan bahwa kebutuhan membayar honor karena jumlah kelas terkadang tidak memenuhi syarat yaitu lima belas orang, syarat tersebut telah dibuat tujuannya agar sekali dosen masuk dapat dibayar minimal Rp.100.000 per sekali tatap muka. “Disebabkan tidak memenuhi syarat maka tidak bisa diterima, dari biaya itu janganlah kurang kali untuk dosen.”ungkapnya.

Beliau juga menambahkan bahwa SP tersebut tidak ada subsidi dari pemerintah dan dari Unsyiah sendiri tidak boleh subsidi, subsidi dari pemerintah ke Unsyiah adalah untuk yang reguler tetapi semuanya sekarang menjadi pemasukan negara. “Sebenarnya sekarang sudah masuk ke satu rekening unsyiah mencakup seluruh SPP dan SP tetapi pengelolaannya diberikan otonomi ke masing-masing fakultas dari SPP, SP, dan uang pengembangan institusi namun, untuk SP biasanya akan dipergunakan untuk SP jadi tidak digunakan untuk yang lain”. Jelasnya.

Mengenai besar atau tidaknya biaya SP bagi mahasiswa Pembantu Rektor bidang akademik ini memilki jawabannya sendiri. Ia mengatakan bahwa berat atau tidaknya bagi mahasiswa sangatlah relatif. SP diutamakan bagi yang mampu bukan hanya biaya melainkan kemampuan otak juga. “SP kan untuk mahsiswa yang hendak cepat lulus dan untuk subsidi kami tidak bisa memberikan beasiswa atau subsidi dalam SP, tapi kalau mahasiswa duduk dan diwakilkan ke PEMA bisa difikirkan” Tambahnya.

Pembantu Rektor 1 ini juga menegaskan bahwa naik atau tidaknya harga SP kedepan tergantung sisi ekonomi yaitu tentang harga-harga yang tiap tahun meningkat. “untuk kedepan belum tentu naik, kalau mencukupi untuk apa kita naikkan.” Ungkapnya. [Mimi S & Sayed J]