Beranda Puisi Jeritan Pemuda

Jeritan Pemuda

(Foto: Ist)

Puisi | DETaK

Katanya, kita satu
Satu bahasa
Katanya, kita satu
Satu tumpah darah
Katanya, kita satu
Satu tanah air

28 Oktober 1928
Sumpahku dan semua pemudamu
Sebuah janjiku untukmu negaraku
Kupatri dan kugenggam erat-erat didadaku, kuikrarkan sebuah janji
Kami putra putri Indonesia, bersumpah
Berikrar yang bergema kuat….
Kau lantunkan untuk bangsamu, pemuda Indonesia

Tapi….
Nyatanya….
Satu bahasa sudah tidak didengar lagi…
Katanya, satu tumpah darah
Tapi darah yang bertumpahan
Katanya, satu tanah air
Tapi air mata yang berjatuhan….

Kemanakah hilangnya bahasaku?
Kemanakah perginya tumpah darahku?
Kemanakah tenggelamnya tanah airku?
Yang dibangun penuh semangat….
Berkucur darah….
Berkucur keringat…..
Namun, saat ini hilang tanpa bekas…
Hilang tanpa jejak….
Yang tinggal hanyalah kenangan
Yang tinggal hanyalah sebuah kepedihan

Kini hanya sebuah harapan, yang terpatri digenggaman

Penulis bernama Nihayatul Afifah Husna. Ia merupakan salah satu anggota magang di UKM Pers DETaK Universitas Syiah Kuala.

Editor: Cut Siti Raihan