Beranda Cerpen Topeng Berdarah  

Topeng Berdarah  

Sumber : Google

Cerpen | DETaK

Oleh Reza Fahlevi 

Pembunuhan kerap sekali terjadi di sebuah kota kecil yang bernama Piece City. Kota sederhana ini memang diberi nama “damai.” Namun sebenarnya kota ini tidak seperti yang dikira. Orang mengenal kota ini sebagai sebuah kota yang kejam. Kekerasan sangat sering terjadi di sini, mereka hidup dengan kesombongan yang mereka banggakan. Segala keinginan, apapun itu akan mereka dapatkan dengan apapun caranya. Mereka tidak peduli apakah itu dengan cara yang benar atau salah, mereka akan tetap memaksanya, bahkan dengan cara membunuh sekalipun.

Namun, apa kamu tahu lebih jauh tentang kota yang penuh dengan kekerasan ini? Di sini, hadirlah seorang pria bertubuh besar, berjubah hitam. Ia seorang pria bertubuh tinggi yang selalu siaga di saat malam. Ia dikenal sebagai seorang yang begitu misterius, datang secara tiba-tiba dan pergi tanpa pamit. Ia seorang yang suka bermain hakim sendiri, selalu meninggalkan sebuah kejutan di saat ia akan pergi. Dan ia adalah sosok yang sangat ditakuti sekaligus yang paling dicari di kota ini. Siapapun yang berhasil menangkapnya hidup atau mati, maka mereka akan mendapat sebuah imbalan berupa uang.

Tak banyak yang mengetahui tentangnya, ia hadir begitu saja di kota itu. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan ‘Pria Bertopeng’, ia selalu membawa senjata tajam yang ia sembunyikan di balik jubah hitamnya itu. Ya, ia seorang pembunuh yang paling diburu di kota tersebut karena aksinya yang di luar batas. Namun yang membuat orang-orang merasa aneh adalah setiap korban yang jatuh di tangannya itu adalah orang-orang yang penting. Seperti pejabat-pejabat yang nakal, bandar narkoba juga menjadi sasarannya. Setiap ada kejahatan yang terjadi di kota itu, maka bersiap-siaplah bertemu dengannya. Karena ia akan mencari orang itu dan membunuhnya.

Tak jelas dari mana pria ini berasal. Ada yang mengatakan ia berasal dari Italia, namun juga ada orang mengatakan ia berasal dari Amerika. Begitu banyak cerita tentang dirinya dan semua itu tak bisa di pastikan kebenarannya.

Ia mungkin memang di takdirkan untuk menjadi seorang pembunuh. Aksinya yang terkenal adalah fenomena ‘Topeng Berdarah’. Orang-orang menamai itu karena setelah ia melakukan aksi pembunuhan, ia akan mengambil sebuah pisau yang ada di balik jubahnya dan mengiris wajah-wajah mereka yang menjadi korbannya. Aksi ini menjadi pembicaraan yang sangat heboh, mereka bertanya-tanya siapa orang yang melakukan perbuatan menyeramkan itu. Perbuatan itu selalu ia lakukan seolah ingin memberi tanda bahwa dialah yang membunuh orang-orang itu.

Satu hal kebaikan dari pria bertopeng ini mungkin adalah ia tidak membunuh orang yang dianggap tidak bersalah, ia akan membela dan berusaha melindungi mereka. Apa ia ingin dianggap sebagai pahlawan? Seorang pahlawan yang beraksi di dalam kegelapan. Apa ia ingin dijuliki sebagai Batman nya dari kota Piece City? Namun yang pasti ia tentu berbeda dengan tokoh manusia kelelawar itu. Bagaimanapun ia adalah seorang pembunuh yang kejam, dan mustahil untuknya mendapatkan julukan sebagai seorang pahlawan. Karena ia di kenal sebagai pembunuh kejam yang menakutkan.

Di suatu malam, menuju ke sebuah tempat yang di ketahui itu adalah tempatnya bandar narkoba. Di sebuah tempat penginapan kecil, ia menyelinap masuk melalui atap dan menuju pintu belakang. Yang membuatnya begitu mudah menyelinap masuk ke dalam karena penjagaan yang tidak begitu ketat. Dan kelalaian mereka menjadi momok tersendiri bagi mereka. Satu persatu anggota mereka hilang di penginapan itu. Ia pintar dalam hal bersembunyi, itu salah satu trik sederhana yang ia lakukan saat beraksi.

Ia benar-benar kejam, tak ada satu pun dari mereka yang dibiarkan hidup. Semuanya mati. Dan yang terakhir adalah bos mereka. Ia benar-benar benci kepada pria bertopeng ini. Di benaknya mungkin inilah kesempatan baginya untuk membunuh pria bertopeng yang misterius ini. “Sudah lama aku mengincarmu, dan kini kau hadir di hadapanku.”

 “Rindu padaku? Kau tak perlu mencariku jauh-jauh, aku selalu berada di kota ini, aku selalu di sini.”

Ucapan pria bertopeng ini membuatnya emosi, “Aku akan membunuhmu malam ini seperti yang kau lakukan pada orang-orangku. Dan esok hari akan menjadi sebuah berita yang sangat menghebohkan kota. Pria bertopeng akhirnya tewas, hahaha. Ucapkan selamat malam pria bajingan.”

Ia mengarahkan pistol tepat di kepala pria bertopeng itu. Namun apa yang terjadi? Dengan gerakan cepat ia memukul dagu pria bandar narkoba itu, pria itu kehilangan keseimbangan dan ia berhasil merebut pistolnya. Ia mencekik pria itu, “permainan ini sungguh menyenangkan, bukan, hmm… Aku suka bermain ini, apa kau suka?” Kali ini ia mencekik leher pria itu dengan lebih kuat, ia sudah tak bisa lagi bernapas. “Jawab aku, apa kau suka ini, hah?” Ia membentak pria itu dan membenturkannya ke meja. Ia berusaha bangkit namun pria bertopeng ini cukup sigap, ia membenturkan kepala pria itu ke sebuah meja, lalu membenturkannya ke dinding dan kemudian membenturkannya ke sebuah cermin di dalam ruangan itu. Darah mengalir dari kepala pria itu, ia menjerit kesakitan. “Kenapa? Kau mau tertawa? Tertawalah bersamaku.” Ia benar-benar mempermainkan pria itu, menyiksanya dengan sadis. Walaupun pistol telah berhasil ia rebut, namun ia tidak menggunakannya. Ia memilih senjata miliknya sendiri, pisau yang ada di jubahnya. Ia menikamnya berkali-kali di dada dan perut, dan seketika pria itu tergeletak di lantai. Ia pun memulai aksinya mengiris wajah pria itu menggunakan pisau miliknya. “Selamat malam.” Di ruangan itu, ia meninggalkan sebuah pesan yang ia tulis dengan darah, “selamat malam para bandar narkoba, ini malam yang spesial untuk kalian semua, tidurlah dengan senyuman yang telah kuberikan pada wajah kalian. Jika ada di luar sana yang ingin tersenyum, tunggulah kedatanganku.”

Ia selalu meninggalkan pesan setelah membunuh, dan itu menjadi peringatan tersendiri bagi mereka yang dituju. Esok harinya polisi tiba dan mereka tahu jika ini adalah perbuatan pria bertopeng itu. Bahkan polisi pun menargetkan untuk membunuh pria bertopeng itu. Sekeras apapun usaha mereka untuk membunuhnya selalu gagal. Ia bukan pria sembarangan, ia bisa datang kapanpun itu dan pergi  kapanpun ia suka. Ini seperti sebuah permainan baginya.

Dan ketika malam kembali tiba, ia kembali beraksi seperti biasa. Kali ini menyelinap masuk ke ruamah salah satu pejabat di kota itu. Ia terkenal dengan omongannya yang terlalu tinggi, seorang pejabat sombong yang telah menipu banyak orang dengan janji-janji busuknya. Ia juga suka bermain wanita walaupun ia telah memiliki seorang istri, namun ia tak mempunyai anak. Di rumah itu, ia berpesta pora dengan para pelacur murahan, ia menggunakan uang rakyat untuk kehidupan pribadinya dan salah satunya membayar para pelacur untuk memenuhi nafsunya. Dia seorang yang gila harta dan wanita.

Ia langsung masuk dengan mendobrak sebuah pintu kamar dimana pria itu berada. Kejadian ini tentu membuat kaget pria itu dan para pelacur jalanan itu. Para wanita itu menjerit histeris saat melihat pria bertopeng itu ada di hadapan mereka. Namun, ia tak memikirkan wanita-wanita yang sudah setengah telanjang bersama pria itu, ia datang dan langsung menarik seraya mencekiknya kemudian melayangkan sebuah pukulan tepat di wajahnya. Tak ada yang berani keluar dari kamar itu, mereka hanya menjerit histeris. “ Diam!!!” Ia mengeraskan suaranya, ia kembali menampar wajah pria itu kemudian meninjunya lagi. “Inikah tugasmu? Inikah janjimu?” Ia membentaknya, kali ini ia membenturkan kepala pria itu ke dinding dan memukul perutnya. Ia tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya mengerang kesakitan. “Dan kau bermain wanita, apa aku mengganggu? Aku tak tahu jika selera wanitamu itu hanya sekedar pelacur murahan dari jalanan, itukah, hah… hahaha, sebagai lelaki kau sungguh memalukan.”

Ia mengambil kursi dan menghantamnya, wanita-wanita itu kembali menjerit, “tontonan yang mendebarkan, bukan? Kalian suka? Aku suka ini” Katanya sambil tertawa, ia kembali menghantam pria itu dengan kursi lalu memaksanya berdiri dan mencekiknya, ia benar-benar muak melihat pria ini. “Ampuni aku, ampuni aku….”

            “Tidak tidak, bukan pekerjaanku untuk mengampuni orang, aku tidak suka.

            “Ambil saja uangku lalu pergi,”

            “uang? Yang benar saja, aku tidak tertarik pada benda kotor itu,”

            “apa yang kau inginkan dariku, apa?”

Ia memukul wajah pria itu, menendangnya di bagian perut. Pria itu kembali berlutut tak berdaya di hadapannya. Ia mengeluarkan pisau lalu memaksanya berdiri dan menikamnya di perut berkali-kali. Darah keluar deras dari perutnya, ia lalu menghabisi pria itu tanpa ampun di depan para pelacur itu. Ia memastikan jika pria itu benar-benar telah tewas dan mulai mengiris wajah pria itu dengan sadis. Darah begitu banyak bertumpahan di kamar itu. Sungguh pembantaian yang sangat kejam, “pekerjaanku selesai, kalian boleh melanjutkan pesta, dia sedang tersenyum lebar.” Kata pria bertopeng itu kepada para pelacur. Dan pesan yang ia tinggalkan di rumah itu adalah “kepada para pejabat yang terhormat, jika kalian ingin mati tersenyum seperti pria malang ini, aku akan datang dan melakukannya. Kau bisa tertawa saat ini namun esoknya aku akan datang menemuimu.”

Pria bertopeng yang selalu menghantui di malam hari, ia bisa datang di saat kau sedang makan malam, bersantai di rumah atau saat kau tidur di malam hari. Ia orang yang benar-benar bermain hakim sendiri. Ia akan selalu dicari, ia akan selalu diburu. Namun, inilah kehidupannya, inilah takdirnya. Seorang pembunuh yang tidak diketahui asalnya.

Malam itu hujan mengguyur kota Piece City, kota damai yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan. Di sebuah gedung, berdirilah ia pada atapnya, matanya yang dingin siap menerkam mangsanya. Seorang pria menggunakan topeng dengan jubah hitam, datang dan siap membunuh.[]

Penulis : Reza Fahlevi

Email : [email protected]

Editor : Raudhatul Fitri

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here